Jumat, 6 mei 2016
Selesai rapat pertmemuan
dengan PML aku langsung bergegas pulang kerumah packing – packing semua barang
dan peralatan yang akan dibawa. Tak henti hentinya suara hp berbunyi pesan dari
andre yang isinya memastikan kesediaanku untuk bersedia ikut atau tidak, karna
memang andre sudah seminggu yang lalu mengabariku untuk menemani temen – temen
pendaki dari bogor ( makapala ), dan aku membalasnya hari ini bersedia menemani
karna jalur yang mau di lewati via jurangmangu rencana lintas jalur turun jalur
guci.
Aku langsung meluncur
kerumah andre kemudian langsung menuju rumah ian salah satu pendaki dari bogor
yang kebetulan rumahnya di daerah warungpring randudongkal pemalang temannya si
andre. Sesampainya dirumahnya ian aku sempat ngobrol sebentar sama ian yang
belum aku kenal sebelumnya, orangnya ramah dan kocak dan di belakang ada dua
cewe lagi namanya uha sama susi yang lagi nontong tv kemudian dua orang lagi
cowo lagi istirahat di kamar namanya firman sama heri yang dari cirebon.
Kami meluncur dari rumah
ian sekitar jam jam 16.00 dan sampai di basecamp gupala sekitar jam setengah
enam. Oia untuk basecamp pendakian gunung slamet via guci ada dua basecamp
meskipun jalur pendakianya sama kalo dari gerbang selamat datang di obyek
wisata guci lurus kemudian ketemu pertigaan kita ambil kanan nanti ketemunya di
bascampe gupala tetapi misalkan kita arah lurus saja nanti ketemunya di
basecamp kompak.
Kami memutuskan naik lewat guci dan turun lewat guci lagi tidak jadi
lintas jalur. Kami berangkat dari basecamp gupala jam 19.30 wib.
Kami jalan melewati aspal
sebentar kemudian langsung masuk ke hutan tetapi masih ada ladang warga.
Jalanan masih landai dan jalur masih jelas karna ada bekas makadam/ aspal yang
sudah rusak. Banyak percabangan yang di buat oleh para pencari burung susi di
urutan depan kemudian bekti, uha, heri, firman, saya dan andre paling di
belakang.
di sepanjang jalur ini kami berpapasan dengan pendaki lain yang turun via guci naik via bambangan.
Suhu badan sudah mulai
memanas dan keringatpun sudah mulai menetes kami perlahan menapaki secara
perlahan. Setelah satu jam setengah kita berjalan sampailah di pos I pos pinus
jam 21.00 wib.
Kami istirahat sebentas
melepaskan kerier yang menempel di pundak sembari membuka bekal makanan yang d
bawa oleh ian untuk di makan bersama. Namapaknya si firman ada trouble dengan
kondisi badannya dan dia memutuskan untuk kembali ke basecamp di temani heri
sebenarnya berat si,, tapi safety first aja wez.
Kami berlima melanjutkan
pendakian kembali menuju pos 2 jam 21.30 dengan ian di depan di lanjutkan susi,
uha, aku dan andre. Jalur pendakian terasa sangat sepi tidak seperti pas di
jalur menuju pos 1, karna memang hari itu hanya ada tiga rombongan pendaki
termasuk kami tetapi rombongan yang lainya sudah berangkat sorenya beberapa jam
sebelum kami.
Jalur menuju pos 2 tidak
telalu terjal masih banyak landainya hanya sesekali nanjak. Kami berlima terus
benjalan entah kenapa semua ga banyak bicara mungkin mereka lelah, hanya alunan
musik yang dari hpnya andre. Satu jam kemudian sampailah di pos 2 pos cemara,
kami hanya istirahat beberapa menit saja kemudian langsung melanjutkan
pendakian kembali dan ahirnya samapailah di pos 3 (pos pasang) jam 23.30 wib.
Di pos 3 lumayan luas, saat
kami sampai di pos 3 sudah ada tenda yang berdiri, ada ada 6 tenda pendaki lain
dan kami mendirikan tenda di pos 3. Aku andre dan bekti mendirikan tenda dan si
uha sama si susi melaksanakan sholat isya terlebih dahulu. Setelah selesai
mendirikan tenda kami pun menyiapkan alat tempur untuk masak kali ini yang
menjadi koki uha susi dan bekti aku dan andri membantu mendoakan biar cepet
matang hehe...
Setelah selesai makan kami
pun tidur nyenyak....zzzzzzzzz
Sabtu, 7 mei 2016 pukul
05.35
Satu persatu kamipun terbangun,
hawa masih terasa dingin malas rasanya untuk keluar dari tenda. Tapi kami sudah
berencana untuk melanjutkan pendakian dari pos 3 sepagi mungkin hehehe.. Cuma
rencana...
Kami langsung menjalankan
tugasnya masing masing, Uha langsung menyiapkan alat tempur untuk menyiapkan
sarapan dan bekal makan untuk siangnya, susi bagian ngupas bawang, si ian
bagian motong – memotong, saya melipat – lipat roti untuk di bakar dan si andre
bagian icip icip hahaha...
Makanan siap kamipun langsung menyantapnya, tapi saya masih ingat do’a
yang di ucapkan oleh uha. Setelah selesai sarapan kamipun menyiapkan
perlengkapan yang akan kami bawa menuju puncak, karena tenda akan di tinggal di
pos 3.
Menurut tetangga sebelah,
dari pos 3 menuju puncak jarak tempuh normal untuk pendaki sekitar 6 jam lebih
kemungkinan kami akan sampai di puncak sekitar jam 16.00 wib.
Waktu sudah menunjukan jam
10.00 wib dan kamipun langsung melangkahkan kaki menuju pos 4. Seperti biasa
ian di depan kemudian susi,uha,saya dan andre paling belakang.
Jalur menuju pos 4 mulai
terasa menanjak dan semak – semak lebat menutupi jalur pendakian, menurut saya
jalur ini hampir mirip seperti jalur bambangan pos 2 ke pos 3.
Banyak pohon pohon yang
tumbang menutupi jalur pendakian sehingga kami harus menaiki pohon tersebut
untuk melewatinya. Jalur semakin menanjak membuat langkah kaki ini semakin
melambat, dan sesekali kami berhenti sejenak untuk mengatur hembusan nafas ini.
Sempat ketemu juga dengan orang tegal dan biasa seperti pendaki pada
umumnya sambil istirahat sejenak sambil speak-speak hehe.. di sela – sela
obrolan orang tegal menanyakan bagaimana semalem lewat pos 2 menuju pos 3, aku
langsung penasaran menanyakan kepada orang tersebut tentang pos 2 menuju pos 3.
Katanya sering terjadi hal – hal aneh di antara pos 2 menuju pos 3 tapi katanya
loh yah boleh percaya boleh tidak, dan silahkan mencobanya sendiri, tak ada apa
– apa.
Kami melanjutkan lagi
menuju pos 4, dan setelah satu setengah jam berjalan akhinya sampai juga di pos
4 (pos kematus) pos dengan ketinggian 2578 mdpl dengan area datarnya bisa untuk
mendirikan tenda sekitar 4-5 tenda dengan kapasitas tenda 4-5 orang.
Ian, susi dan uha sudah
duduk duluan karena memang sudah sampe lebih awal beberapa menit dari aku dan
andre. Dan terlihat sedang sambil memandangi rombongan pendaki yaitu 4 orang
laki – laki mungkin menurutnya bagaikan angin sejuk yang sejenak melupakan rasa
lelah hahaha tapi buka mereka objek dari pandangannya, karena masih ada satu
rombongan lagi yang terdiri dari ayah,ibu dan 2 anaknya 1 cewe masih SD dan
satunya cowo masih SMP.
Entah apa yang membuat satu
keluarga tersebut ada niatan untuk mendaki gunung slamet, apakah hobi dari sang
ayah hobi dari sang ibu, hobi dari keduanya dan ingin mengenalkan kepada
anak-anaknya sejak dini atau... entahlah yang jelas mereka punya alasan untuk
bisa sampai disini.
Tak terlihat sedikitpun di
raut wajah mereka rasa lelah yang ada hanya senyum ceria, mungkin kebersamaan
yang utuh dalam satu keluarga kecil yang membuat mereka bisa tersenyum bahagia
dalam kesederhanaan.
Di pos 4 ini dekat dengan
sumber mata air tinggal turun sebentar ke arah kiri menurun dan bisa ambil air
sepuasnya gratis tis tis hahaha tapi sebenarnya jangan di jadikan kebiasaan
untuk membawa air sedikit karena ada mata air. Kalo kita mampu tak perlu
mengandalkan yang lain dan ini berlaku dalam apa saja dan siapa saja tentunya
dengan pertimbangan – pertimbangan yang di rasa masuk akal.
Pendakian di lanjutkan
kembali menuju pos 5. Jalur menuju pos 5 dengan kondisi jalur semakin menanjak
banyak pohon pohon yang tumbang menghalangi jalur sehingga kami harus melewatinya
dengan lompat merangkak, sebisa mungkin usaha kita untuk bisa melewatinya.
Semakin meninggi semakin
berat yang kita rasakan banyak halangan – halangan yang melintang butuh lebih
banyak waktu butuh lebih banyak usaha untuk bisa sampai di atas, ini tak hanya
terjadi di sebuah pendakian di kehidupan pun sama.
Di antara pos 4 menuju pos
5 ada sebuah terowongan yang tersusun dari pepohonan dan ini asli buatan alam,
alam saja bisa berbuat kamu bisa berbuat apa untuk alam haha.. banyak pendaki
yang menyebutnya terowongan ini dengan terowonga celeng, mungkin karena
bentuknya terlihat seperti terowongan celeng dan memang untuk melewatinya kita
harus merangkak seperti tuuuuuuttt (sensor) kita manusia berperilakulah
selayaknya manusia hehe...
Sebuah shelter terbuat dari
kayu sudah mulai terlihat ini bertanda pos 5 sudah dekat dan sudah mulai
terlihat. Ya kita sudah di pos 5, pos (cantigi 2852 mdpl ) pos dengan tempat
datar yang luas bisa untuk mendirikan banyak tenda karena memang banyak tanah
yang datar dan luas, dan jika memang kondisi darurat dan tidak membawa tenda
bisa beristrahat di bawah pos 5 jalan hanya 5 menit menuju shelter yang terbuat
dari kayu. Layaklah untuk beristirahat sementara.
Kami sampai di pos 5
sekitar jam 12.50 wib, kami istirahat lumayan cukup lama untuk menunaikan
kewajiban sebagai seorang muslim, dan juga ritual menyiapkan makan siang yang
sudah di masak tadi pagi di pos 3.. selamat makan...
Pos 5 adalah pos terahir
jalur pendakian gunung slamet via guci karena pos 5 adalah batas vegetasi
dengan batuan merah yang menuju puncak gunung slamet suasana di pos 5 lumayan
rame pendaki karena saat itu hari libur nasional jadi wajar kalo rame.
Jam 14.10 kami melanjutkan
perjalanan menuju puncak katanya dari pos 5 menuju puncak guci bisa di tempuh
kurang lebih sekitar 2,5 jam dan dari puncak guci menuju puncak tertinggi
slamet 3428 mdpl sekitar 0,5 jam itu perhitungan umum para pendaki dan
kemungkinan kami sampai di puncak tertinggi sekitar jam 17.00 wib.
Dengan semangatnya uha dan
ian di depan kali ini susi di belakang mereka di susul aku dan andre. Jalur
bebatuan kerikil dengan kemiringan kira-kira 76 derajat dan harus hati – hati dalam
melangkah karena kerikil – kerikil sering membuat terpeleset kalo kita salah
memijaknya.
Masih sekitar jam dua lebih
tetapi kabut sudah menebal membuat sinar matahari seakan tak menembus sampai
kulit suasana mulai redup layaknya seperti sudah mau malah dan tiba – tiba
rintik – rintik hujan mulai membasahiku untungnya Cuma sebentar saja kami
lanjutkan langkah kaki setapak demi setapak dan tiba – tiba hujan turun dengan
derasnya. Kami pun langsung memakai jas hujan. Andre memakai jas hujan susi
yang di atasku juga langsung memakai jas hujan dan uha sama ian berdua
menhalangi air hujan yang mencoba membasahi tubuhnya dengan satu jas hujan
hahaha kakak ade yang rukun.
Kami sempat berhenti
sejenak, beberapa saat kemudian kami naik menghampiri uha untuk meminjamkan jas
hujan karena kebetulan saya bawa 2 dan jas hujan uha terbawa di tas carriernya
firman. Aku berjalan di derasnya hujan melewati susi yang duduk tertunduk dan
diam setelah kami meminjamkan jas hujan dan aku segera menyuruh si uha untuk
memakainya, setelah sudah terpakai kami mencoba melanjutkan perjalanan tetapi
susi masih saja terdiam kami semua menghampirinya dan mencoba menawarkan
jaketnya yang aku bawa di daypackku barangkali kedinginan pikirku tetapi tidak
mau, kami mengajaknya untuk melanjutkan pendakian menuju puncak tapi tetap saja
tidak mau. Entah apa yang dia rasa. Jika kelamaan diam nanti malah kedinginan
karena memang hujan belum reda dan sudah mulai sore juga.
Ian menyarankan jika susi
tidak mau melanjutkan ke puncak dan memutuskan untuk turun akan di temani oleh
andre, dan si uha karna belum pernah ke puncak akan melanjutkan menuju puncak
dan di temani si ian sedangkan aku terserah mau turun dan membiarkan tanpa
menemani uha dan ian naik ke puncak atau mau naik dengan kondisi cuaca yang
sedang berkabut hujan dan sudah sore pula.
Bagaimana mungkin kita
terpisah di batuan gunung slamet sedangkan dengan kondisi yang seperti ini dari
awal saja kita naik bareng kalo kondisinya ga seperti ini si gak apa – apa
(pikirku).
Si uha masih berambisi
ingin melanjutkan pendakian menuju puncak karena belum pernah ke puncak slamet
dan di setiap pendakian pun slalu sampai puncak, sedangkan si susi pernah
sampai ke puncak slamet.
Aku sempat bingung juga
mauu turun atau naik kalo ikut naik pasti nanti di bawah ceritanya beda kalo
ikut turun masa iya tega ga nemeni 2 orang cwek ke puncak, kalo ada apa apa
gimana? #%%+%&%(($@@*
Tiba – tiba aku teringat
“safety first” dan “kebersamaan” akhirnya aku membujuk si uha karena memang
cuaca tidak mendukung, kabut tebal dan hujan, jika sampai puncak pun akan membahayakan
dan tidak akan dapat view yang bagus itu hanya akan memuaskan ego pribadi.
Belajar ikhlas lah menerima keadaan untuk pernah mendaki gunung tanpa harus
sampai ke puncak, puncak takkan pernah lari kemana dan akan selalu ada puncak
di atas puncak jika hanya mementingkan ego pribadi, karena puncak keindahan
dalam pendakian adalah kebersamaan.
Akhirnya kami memutuskan
untuk turun dan hujan belum juga reda sampai akhirnya kami meneduh di shelter
di bawah pas pos 5 bersama rombongan pendaki dari tegal. Dan kami semua pun
tersenyum.... haa???
![]() |
peta jalur pendakian |
# catatan pribadi untuk pembelajaran diri.
# mendaki untuk mengenalmu.
Udah 2 tahun yg lalu ternyata 😂
ReplyDeleteGak kerasa y?
Delete