Monday, February 9, 2015

342 KM

Libur telah tiba di tandai dengan selesainya saya mengerjakan soal uas matakuliah terakhir yang ada di jadwal uas semester  5. Seperti biasa saya dan teman – teman asik merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu liburan. Seperti yang sudah – sudah, banyak yang mencari tempat baru yang belum di tuju ataupun tempat yang sudah di tuju tapi pemandanganya indah dan masih nyaman untuk di kunjungi.  Ada yang mau ke tempat kakeknya yang ada di luar kota, ada yang mencari spot untuk memancing , ada yang mencari puncak gunung yang ingin di daki dan ada yang hanya sekedar santai dirumah saja. Banyak keinginan banyak pilihan dan banyak juga biaya yang nantinya akan di keluarkan tentunya sesuai dengan tempat yang akan di tuju.
Saat itu saya sedang main di markas pemalang rescue, markasnya para relawan terutama para relawan yang berdomisili di pemalang dan sekitarnya. Markas yang biasa di gunakan untuk rapat , belajar pendalaman materi dan bahkan hanya untuk kumpul – kumpul saja dan karena para relawan basicnya adalah pendaki bahan obrolanya pun tak jauh jauh dari gunung laut dan hutan belantara. Ada yang merencanakan ke gunung rinjani, merbabu, merapi dan arjuna welirang karna waktu itu juga banyak yang libur dari pekerjaanya masing – masing, tapi menurut saya terlalu mainstream ketika waktu liburan di isi dengan kegiatan pendakian.
Entah berawal dari pembicaraan apa dan entah itu ide dari siapa tiba – tiba ada yang mengajakku untuk bersepeda ke batavia, yaitu samsul arifin yang biasa akrab di panggil pak samsul, adalah seorang guru yang mengajar di smk islam pemalang, smk yang di tunjuk sebagai smk rujukan atau percontohan dari smk yang ada di daerah pemalang. Pak samsul di kenal sebagai guru yang baik, beliau juga sebagai pembina di PAKIS ( Pecinta alam smk islam pemalang )sispala yang ada di smk islam pemalang. Beliau juga orang yang bijaksana menurut teman – teman yang biasa kumpul bareng. Aku sempat menanyakan siapa saja yang ikut,dan untuk sementara yang rencana ikut Cuma bertiga yaitu aku pak sambsul dan satunya lagi boim. Aku biasanya manggil beliau om boim karena secara umur dia lebih tua dari saya. Ya om boim seorang yang keseharianya bekerja sebagai security atau satpam di salah satu instansi yang ada di daerah pemalang.
Sebelum hari pemberangkatan yang sudah kita sepakati aku dan pak samsul sibuk membawa sepeda ke bengkel untuk mengecek kondisinya apakah masih layak untuk di naiki sampai ke batavia atau tidak dan mengganti onderdil yang memang sudah harus di ganti karena sepeda yang akan di naiki pak samsul adalah sepeda warisan dari almarum ayahnya. Sedangkan aku memakai sepedanya pak samsul yang saat itu masih di titipkan di kakaknya.
Om boim pun sama seperti yang di lakukan saya dan pak samsul, tapi karena mungkin sepedanya om boim biasa di naiki untuk jarak tempuh yang panjang jadi tak perlu lagi mengganti onderdil hanya saja sedikit menambah aksesoris seperti senter untuk penerangan untuk perjalanan malah.
Sesuai dengan yang kita sepakati sehari setelah hari natal atau lebih tepatnya tanggal 26 desember 2014 kita start hari pertama , tentunya juga sudah ijin kepada orang tua masing – masing. Kami start dari markas PR ( pemalang rescue ) Jam 07.00 wib kebetulan saat itu juga ada adenz seorang relawan yang sangat sayang dengan binatang terutama pada binatang luwak , sampai terlalu sayangnya dengan luwak tidurpun sekamar berdua dengan luwak hehe – kami pun meminta memotret.


Jumat 26 desember 2014 hari pertama kita akan mengayuh sepeda lebih lama dari biasanya lebih panjang jarak yang akan di tempuh dan perlu mental dan fisik yang tangguh. Kami start dari markas jam 07.00 tak lupa kami juga mampir di sekolah smk islam pemalang menemui teman teman yang katanya mau mengantar sampai di perbatasan pemalang tegal.
Kami bertiga di iringi teman teman yang bersedia merelakan diri untuk sekedar menemani atau mengawal dari smk islam pemalang sampai di perbatasan pemalang tegal. Dari pemalang sampai di perbatasan banyak yang melihati kami seakan –akan melihat konvoi karena pada saat itu memang banyak dari teman – teman yang mengawal kami.
Setelah sampai di perbatasan atau sering di sebut pelawagan teman –teman berhenti dan melambaikan tangan dengan mesra seakan – akan di berharap kami bertiga segera pergi jauh dan jangan pernah kembali hahaha,, teman – teman lansung belok kiri kearah alun – alun pemalang sedangkan kami lurus melanjutkan perjalan, sungguh mengharukan.
Saat itu masih jam 08.30 kami sempatkan untuk mencari warung dan sarapan karena tadi pagi belum sempat sarapan. Kami sarapan di warung ayahnya temennya pak samsul ketika SMA,tetapi saat itu orangnya tidak ada di warung hanya saja ada ayahnya saja. Setelah sarapan selesai perjalanan di lanjutkan kembali.
Setelah satu jam setengah akhirnya kita sampai di gapura selamat datang kota tegal bahari, tenaga masih fit dengan ekpresi gembira kami sejenak sempat kan diri untuk berpose hehe..

Perjalanan di lanjutkan kembali, jalan raya tegal menuju daerah brebes terasa begitu terik dan panas, ku kayuh sepedaku agar cepat sampai di brebes kemudian akhirnya sampai juga tak lupa kita juga mengitari alun – alun breber setelah itu langsung mencari masjid di pinggiran jalan yang menuju arah ke barat. Akhirnya ketemu juga masih untuk kita ber sholat jum’at di masjid brebes.
Ku parkirkan sepedaku di depan toko samping masjid yang kebetulan saat itu tutup. Aku dan pak samsul langsung ganti pakaian untuk menuju masjid. Setelah selesai sholat jum’at pak samsul sempat tertidur sebentar karena memang saat itu hawa di dalam masjid sangat adem dan nyaman dan jadi bikin ngantuk.
13.00 wib perjalanan di lanjutkan kembali, dengan kondisi awan yang sangat panas dan perjalanan masih sangat sangat panjang berharap cuaca ini teduh agar tak terasa terlalu panas di kulit dan tubuh ini. Sinar matahari mulai meredup langitpun mulai gelap butiran air berjatuhan dari langit dan hujan, untungnya kami menemukan warung kopi di depan full atau PO DEDI JAYA untuk sekedar meneduh dan sambil mengopi menunggu hujan reda.

Untuk menhilangkan rasa lelah sembari menunggu hujan reda kami bercanda dan membahas perjalanan yang sudah di lewati dan yang akan di lalui sambil ngopi – ngopi ngeteh dan uzdud.. kebetulan juga ada seseorang di samping kami yang katanya pernah bersepeda dari cirebon sampai jakarta. Kami ngobrol banyak dengan orang itu saling tukar pengalaman.
Hujan semakin deras saja sudah satu jam lebih kita menunggu reda dari jam 14.00 -15.00 masih hujan saja, dah akhirnya jam 16.00 hujan mulai reda dan kami pun  meluncur dengan pakaian tempur karna saat itu masih gerimis jam 16.30.

Ku kayuh sepedaku menelusuri aspal – aspal yang menempel di tanah di iringi rintikan hujan yang membasahi muka ini, pak samsul di posisi depan sebagai pengatur laju dari sepeda kami dan om boim di belakangku mengimbangi . setelah satu jam kemudian akhirnya sampai juga di perbatasan jawa tengah dan jawa barat yaitu brebes dan cirebon.

Kembali  ku kayuh sepeda dengan sisa – sisa tenaga yang ada untuk sampai di kota cirebon kota yang rencananya untuk di jadikan peristirhatann malam pertama. Dari perbatasan sampai ke kotanya sendiri masih jauh menurut informasi yang di dapat, jarak tempuhnya kira – kira 35 km jadi sekitar 3 jam an jika di tempuh pakai sepeda.
Langit mulai gelap matahari yang tertutup mendung mulai menghilang dan hari pun berganti malam. kami menyiapkan alat penerang atau senter untuk menerangi jalann yang kita lewati dan sebagai tanda agar mobil atau motor yang melaju dari belakang pun tahu. Hampir dua jam lebih sepeda ini teruh di kayuh tapi tetap saja belum sampai kota cirebon akhirnya kita pun istirahat sejenak sekedar minum dan menyalakan sebatang rokok. Sebatang rokok telah terbakar habis, perjalan di lanjutkan kembali. Kali ini kita mencari tempat untuk makan di sepanjang jalan, entahlah nanti  jam 21.00 sudah sampai di kota apa belum yang penting perut ini untuk segera di isi.
Seketika kami melihat masjid di samping jalan, kami pun langsung memberhentikan laju sepeda kami. Sepertinya masjid itu nyaman untuk di jadikan tempat istirahat karena gerbang tidak terkunci dan sepeda bisa di masukan. Setelah sepakat nanti malam nginepp disini kemudian kami mencari makan yaitu di angkringan yang tak jauh dari masjid.
Jam 20.45 setelah selesai makan kami kembali ke masjid dan ritual untuk menyiapkan perjalanan hari esok yang tadi sudah kami rencanakan di angkringan.


Sabtu, 27 desember 2014. Jam 04.00 wib kami bangun dan merapikan peralatan yang berceceran di depan pintu / di teras masjid dan memasak air untuk membuat teh dan kopi. Setelah kami selesai sholat kami pun langsung merapikan peralatan dan packing – packing. Dan tak terasa sudah jam 05.35 kami pun langsung meluncur.
Seperti biasa pak samsul ( kakak pertama )di depanku dan om boim ( kakak kedua )di belakangku, layaknya perjalan ke barat mencari kitab suci hehe dan di suatu jalan pun sempat ketemu dengan siluman mimpi , maksut saya ketemu dengan seorang bapak – bapak dengann sepeda MTB nya dengan atribut lengkap medekati laju sepeda pak samsul dan berbincang bincang sembari menunjukan jalur yang baiknya di lalui , padahal saat itu kami sudah menargetkan waktu agar tak terbuang tapi tak apalah nambah kanca nambah sedulur ( kata – kata yang sering di uccapkan oleh teman kami di kasus yang bernama missly ) tak lama kemudian setelah kami di ajak olehnya ke sebuah pelabuhan yang ada di cirebon sepertinya beliau masih ingin berbagi cerita tentang pengalamanya bersepeda. Katanya beliau pernah terjatuh saat bersepeda sampai kakinya patah, tentunya itu sebagai pengalaman yang sangat berharga dan tak terlupakan dalam hidupnya.
Setelah satu jam muter – muter di pelabuhan akhirnya kami pun berpisah, dan kami lanjutkan perjalan kembali yang sempat terhambat.

Perjalanan ini masih sangat panjang untuk kami lalui, untuk hari ini cuaca sungguh sangat bersahabat mungkin karna masih pagi jadi sinar matahari tak terlalu terasa terik di kulit ini. Setelah jam 08.30 akhirnya sampai juga di perbatasan cirebon indramayu dan kami sempatkan untuk istirahat dan buang hajat kebetulan kami istirahat di kampus yang berdekatan dengan pom bensin. Di Pondok pesantren darul ma’arif indramayu atau yang biasa di sebut kampus hijau. Ku minum air yang masih tersisa di botol dan kua ambil rokok untuk sejenak melupakan rasa lapar karena belum sempat sarapan dari tadi pagi.
Para mahasiswa masuk kampus hijau sampil menatap aneh mungkin di benaknya terselip tanya “ orang – orang aneh “ hehee..

Dari kampus hijau kami meluncur mencari makan pas kebetulan ada warteg dan penjualnya asli orang tegal juga, kami pun ngombrol tanpa rasa malu dengan bahasa daerah masing – masing sambil menanyakan arah ke jakarta yang melalui jalan alternatif.
Masakannya begitu sangat nikmat entah karena kami terlalu lapar atau memang masakanya yang benar – benar enak, tak usah di pikir yang penting makan untuk menambah kalori dalam tubuh.
Jam 10.00 kami lanjutkan perjalan kembali setelah tadi perut sudah di isi. Seperti makan kacang dewa yang di berikan son goku, tenaga ini bertambah dan jarak pandang pun terlihat jelas tak tertutup kabut ( emangnya di puncak hehe).
Jalan yang kami lalui yaitu jalan alternatif jalan yang menurut saran penjual nasi lebih cepat karena menurtnya sepi dan tidak banyak bis yang lewat jalan ini serta jalannya halus. Memang benar adanya, jalan yang kami lalui atau tepatnya jalan yang di namai juntinyuat daerah karang ampel idramayu itu memang lebar,halus, dan tak terlalu rame serta aman karena tidak banyak di lalui bis – bis umum atau kendaraan besar dan di samping kanan kiri pun banyak terdapat pohon yang gede dan rindang serta sawah – sawah yang terbentang lebar. Ku kayuh sepeda dengan riang gembira menikmati laju sepeda yang di terpa sejuknya angin saat itu.

Entah kenapa suasana hati ini berubah mungkin karena aku teringat tentang dia yang ada di sana yang sempat menggoreskan luka kikikikikik :D atau kah karena jalan ini terasa tak berujung, sudahlah kayuh saja sepeda ini semampunya. Terpaan angin semakin kencang dan menahan laju sepeda kami. Angin berhembus sangat kencang berlawana arah laju sepeda kami dan ku lihat sepanjang jalur ini tepat di samping pantai kira –kira 200m dari tepi patai dan di sampingnya hanya sawah yang membentang sedangkan pemukiman warga jauh dari jalan ini. Kami sempatkan untuk bertanya ke seseorang yang sedang memotong rumput di taman persimpangan untuk memastkan bahwa jalan yang kami lalui benar atau salah, ternyata jalan yang kami lalui benar hanya saja untuk jaraknya memang panjang.
Kami kayuh lagi sepeda dengan sisa – sisa tenaga yang ada melawan kencangnya hembusan angin yang melawan laju sepeda kami. Seakan sepeda ini tak mau di kayuh. Pak samsul saat itu mulai frustasi hingga sepedanya terpaksa di dorong tanpa di kayuh, om boim melakukan hal yang sama dan akhirnya akupun juga melakukan hal yang sama.

Di sepanjang jalan ini tak ada mushola atau pun masjid waupun ada tetapi letaknya jauh di pemukiman warga jadi jika kita mau menuju kesana harus muter jauh kedalam. Akhirnya apa yang kita rencanakan untuk istirahat saat waktu dhuhur terlewatkan. Air dalam botol minuman pun sudah habis, tenaga mulai menurun. Mushola yang terlihat dekat pun ternyata hanya doni fatamorgana akhirnya kami pun tepar... hehe

Setelah istirahat kira – kira 15 menit perjalanan pun di lanjutkan kembali.sungguh terasa sangat panjang sekali seperti tak berujung, kelak jalan ini akan ada seseorang membangun rumah dan menai tempat tersebut dengan nama desa potol haha..
Setelah beberapa jam kemudian akhirnya nemu mushola juga, sunggung sangat senang sekali ada mushola yang nyaman airnya pun melimpah kami langsung memarkirkan sepedaku dan mengeluarkan peralatan untuk sekedar ngopi – ngopi dan membuka snack yang masih tersisa. Seperti biasa aku yang bertugas membawa peralatan dan om boim sebagai koki pemasak air hehe dan pak samsul sebagai tukang icip icipnya... setelah air sudah matang om boim menyedul kopi dan teh pak samsul pun mulai mencicipinya “ hembbbb makk’nyuuuullll” katanya, ternyata air yang kami masak masih terasa asin karena memang letak mushola masih bedekatan dengan daerah pantai tapi apalah daya warung di daerah sini tidak ada akhirnya di nikmatin aja.
Kami istirahat disini cukup lumayan lama, sampai sekitar jam 14.40 kemudian kami lanjutkan perjalanan kembali. Sudah setengah hari waktu yang kami tempuh dari daerah cirebon tapi masih saja di daerah indramayu saya rasa di daerah inilah yang jalurnya sangat panjang.
Saat itu hujan rintik – rintik seperti biasa kami memakai jas hujan persiapan barang kali hujan semakin membesar, ternyata benar dugaan kami hujan semakin besar tapi tetap ku kayuh sepeda ini yang penting jas hujan sudah terpakai jadi sedikit lebih aman. Hampir satu jam setengah kami di guyur hujan di sepanjang jalan akhirnya setelah sekian abad di jalur alternatif akhirnya tembus juga di jalan pantura dan karna hujan masih belum reda kami pun istirahat di pom bensin yang  kebetulan juga ada yang jualan di situ dan akhirnya kami pun makan mie rebus, Jadi teringat saat mendaki gunung.
Dan setelah jam 16.45 kami pun meluncur lagi, hujan sudah mulai reda hanya saja banyak kendaraan kendaraan besar yang menyalip kendaraan di depannya dan menyalipnya dari arah kiri yang membuat laju sepedaku harus turun dari aspal.
Setelah jam 18.00 kami pun beristirahat lagi di depan alfamart untuk sekedar membeli minuman roti dan tembakau dan masih saja berada di daerah indramayu. Indramanyuuun jalanmu sangat panjang penuh dengan lika liku dan menampilkan pemandangan pemandangan yang berbeda – beda , tadi siang ketika kita lewat di daerah karang ampel atau desa potol di suguhi dengan pemandangan tepi pantai dan sekarang siang mulai berganti malam setelah membeli minum dan perjalana di lanjutkan kembali, kami melewati jalan raya yang di samping kanan kiri jalan terdapat pemakaman umum. Mungkin kurang lebih 1 km pemakaman yang ter dapat di samping kanan kiri jalan ini. Setelah melawati pemakaman kami melewati daerah lokalisasi, di sepanjang jalan terdapat gubuk gubuk napsu yang banyak di datangi oleh hidung hidung pesek maksud saya belang. Entah kenapa seorang laki – laki yang suka memuaskan napsunya di tempat – tempat lokalisasi di sebut hidung belang. Terlihat wanita wanita yang bermake up tebal dengan busana ala manusia purba yang sedang menanti seseorang yang ingin menikmati tubuhnya.
Setelah beberapa jam kemudian ketemulah sebuah masjid di kanan jalan raya yaitu masjid jami al ijtiha sukahaji patrol INDRAMAYU ya masih di daerah indramayu. Saat itu kami tiba di masjid jam 21.00 wib jadi suasana masjid sudah sepi hanya beberapa orang saja yaitu penjaga masjid itu sendiri dan seorang bapak – bapak yang menghampiri kami yang katanya juga habis dari perjalana jauh sehingga harus bermalam di sini karena uang nya lagi minin untuk bisa menyewa hotel atau semacamnya.

Kali ini tidur terasa lebih nyaman karena suasana masjid lumayan tenang dan untuk sepeda pun aman karena masjidnya ada gerbang dan di samping gerbang ada warga yang sengaja menjaga masjjid tersebut.
Minggu 28 desembaer 2014, jam 04.00 kami pun bangun untuk merapikan sekitar area yang kami gunakan untuk bertidur agar tak terlihat terlalu berantakan dengan barang yang kami bawa. Suara adzan subuh berkumandang saatnya untuk sholat subuh berjamaah, setelah sholat subuh seperti biasa om boim menyiapkan air panas untuk sekedar membuat kopi maupun teh. Setelah semua barang di packing dan siap untuk meluncur kembali melanjutkan perjuangan jam 05.30.
Dengan semangat baru ku kayuh sepeda untuk tetap melaju, dan setelah satu jam kemudian sampailah kami di perbatasan subang. Tak perduli ku kayuh terus sepeda ini sampai akhirnya perut kami yang mengingatkan bahwa tadi pagi belum sarapan dan jam 08.50 kami pun sarapan di daerah pamanukan. Bagaikan air di gurun pasir, kami makan di warung makan yang terdapat di kanan jalan raya pamanukan, warung yang terdapat pohon rindang di sampingnya dan terbentang hamparan padi yang luas di belakngnya dengan pelayanan yang ramah oleh anak pemilik warung tersebut membuat suasana ini terasa lebih nyaman dan damai. Pak samsul pun mulai melahap nasi yang telah di hidangkan dan om boim sesekali melirih pelayan tersebut entah apa yang ada di benak om boim. Disini kami istirahat cukup lama sekitar hampir satu jam sampai – sampai pak samsul pun sempat terlelap.
Perjalanan di lanjutkan kembali, ku kayuh sepeda dengan semangat dan selalu berhati – hati karena banyak kendaraan besar yang memakai jalur ini. Sepanjang jalur ini sering terjadi keccelakaan hal ini di perjelas dengan banyank nya tulisan – tulisan yang isinya peringatan kepada semua pemakai jalan ini. Terlihat kerumunan orang di pinggiir jala raya dari kejauhan saya kira ada pedagang atau para petani tapi setelah kami jarak kami mulai dekat ternyata telah terjadi kecelakaan antara mobil dan sepeda motor, saat kami melintas terlihat seseorang tergeletak bersimpah darah, tanpa bisa berbuat banyak dan kamipun berlalu begitu saja. Setelah jam 11.00 sampailah kami di daerah kerawang, jalan yang panas dan di penuhi dengan banyak kendaraan, jalanan mulai menanjak dan padatnya kendaraan membuat jalan macet. Hal in terkadang memisakan laju sepedaku denga yang lain aku selalu melihat kemana arah laju sepeda pak samsul, sesekali aku menengok ke belakang memastikan jarak dengan om boim yang di belakang terkadang terliahat terkadang juga tidak, jok sepeda ku yang terlalu tinggi terkadang menyulitkan saya ketika harus berhenti secara mendadak hal ini pun sama seperti yang di alami paka samsul sedangkan om boim sepeda lowrider yang di gunakan stank yang di gunakan terlalu lebar sehngga terkadang susah untuk menerobos di sela – sela antara mobil – mobil yang terjebak macet . hingga ketika aku dan pak samsul melewati persimpangan yang mengarah ke bekasi sedangankan om boim tak terlihat, kami tunggu di samping jalan dengan perasaaan harap – harap cemas karena sudah 5 menit lebih masih saja belum terlihat dan akhirnya muncul juga bagai zorro yang menunggangi kambing hehe ternyata benar dia salah jalur untung saya dia sadar kalo nyasar coba kalo tidak, tak usah  di bayangkan.
Kembali ku kayuh sepeda sembali melihat kanan kiri jalan mencari apakah ada mushola ataupun masjid untuk sekedar meluruskan kaki sepanjang jalan yang kami lalui tak ada masjid ataupun musholah yang ada di pinggir jalan karena sudah di penuhi dengan bangunan bangunan yang menjual beraneka macam barang. Jam 12.00 kami memasuki daerah cikampek dan akhirnya kami menemukan mushola kecil yang agak menjorok ke dalam mushola itu tepat didepan toko yang ada di seberang jalan. Saat itu saya langsung menuju mushola dan dari kejauhan terlihat seorang gadis canting yang sedang menunggu pacarnya yang sedang menunaikan sholat dhuzur, ralat, maksud saya bukan pacar tapi anggap saja tukang ojeg hehe.. kami langsung memarkirkan sepeda di samping mushola, pak samsul langsung berbaring sedangkan aku mengeluarkan peralatan tempur untuk membuat kopi atau pun teh dan om boim sebagai cheff. Setelah sholat sembari duduk santai menikmati kopi yang masih hangat kami becanda seadanya sejenak melupakan rasa lelah yang hinggap di tubuh ini. Setelah istirahat kami rasa cukup, perjalanan pun di lanjutkan kembali. Kami mengambil arah ke bekasi karena saat itu kami sengaja mau mampir ke tempat bulekku yang tinggal di daerah pengasinan bekasi.
Jalan yang kami tempuh yaitu jalan lingkar yang amat panjang dan terdapat tanjakan – tanjakan jembatan yang tinggi sampai sesekali harus turun dan mendoronganya. Dan beberapa kali pun kami istirahat di atas jembatan itu untuk sekedar melihat pemandangan yang ada di sekitar daerah tersebut sambil mengatur nafas yang mulai tersendat sendat.
Persediaan air saat itu sudah mulai habis , kami usahakan minum air secukupnya saja agar cukup untuk sampai di daerah pemukiman warga. Dan akhirnya sekitar jam 15.45 kami berhenti di sebuah warung yang menjual es kelapa muda ya minuman kesukaan saya hehe..
Perjalanan di lanjutkan kembali dan masih saja kami menemui jembatan – jembatan yang menanjak tinggi hingga kami bosan.





Setelah memasuki daerah bekasi kami di pusingkan dengan keadaan yang ada jalan yang tertutup aspal dan di penuhi dengan serangga – serangga bermesin buatan luar negeri dengan suaran yang terdengar sangat bising di telinga. Ah sudah lah kami kayuh saja sepeda ini agar cepat sampai di bulekku.

Setelah sempat nyasar di daerah pengasinan akhirnya pun sampai di tempat bulekku pukul 21.15 wib. Setelah mandi –mandi dan menyatap makanan yang di hidangkan akhirnya kami pun tidur dengan  nyaman.
Senin , 29 desember 2014 pukul 07.00 kami bergegas dan kembali ku kayuh sepeda ini menuju ibu kota jakarta.  Tak lupa pamit terlebih dahulu dan kami sempatkan memotret dede kecil yaitu cucu dari bulekku.
Dari bekasi ke HI kami lewat jalan kali malang, pemandangan sepanjang jalan yang ada hanya gedung gedung yang menjulang tinggi dan serangga serangga bermesin . tanah – tanah yang tetutup dengan aspal yang menghambat air meresap ke tanah. Ini baru tahun 2014 apa yang akan terjadi 10 tahun kemudian.
Singkat cerita akhirnya kami sampai di HI jam 10.30 wib.


Foto di atas jembatan salemba, sejenak teringat beberapa tahun yang lalu

HI 29 desember 2014

Jembatan penyebrangan

Menunggu kurir / pengantar surat dari smk islam pemalang ke bpk.Anis baswedan di KEMENDIKBUD



MONAS 14.00 Wib


3 comments:

  1. Hebbaatttt luaarrr biasaaa bacane karo takjub nyebut2 ya Allah niat sekalii kaliaann 🇮🇩👍👏

    ReplyDelete
  2. Benefits of the Merit Casino Online in NJ
    This Merit Casino Online Casino Bonus is just a simple 제왕카지노 casino that will give you a great welcome package and 바카라 to play for a chance to win. We have been around 메리트카지노 to

    ReplyDelete