Libur telah tiba di tandai dengan selesainya saya mengerjakan
soal uas matakuliah terakhir yang ada di jadwal uas semester 5. Seperti biasa saya dan teman – teman asik
merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu liburan. Seperti yang sudah – sudah, banyak
yang mencari tempat baru yang belum di tuju ataupun tempat yang sudah di tuju
tapi pemandanganya indah dan masih nyaman untuk di kunjungi. Ada yang mau ke tempat kakeknya yang ada di
luar kota, ada yang mencari spot untuk memancing , ada yang mencari puncak
gunung yang ingin di daki dan ada yang hanya sekedar santai dirumah saja. Banyak
keinginan banyak pilihan dan banyak juga biaya yang nantinya akan di keluarkan
tentunya sesuai dengan tempat yang akan di tuju.
Saat itu saya sedang main di markas pemalang rescue,
markasnya para relawan terutama para relawan yang berdomisili di pemalang dan
sekitarnya. Markas yang biasa di gunakan untuk rapat , belajar pendalaman
materi dan bahkan hanya untuk kumpul – kumpul saja dan karena para relawan
basicnya adalah pendaki bahan obrolanya pun tak jauh jauh dari gunung laut dan
hutan belantara. Ada yang merencanakan ke gunung rinjani, merbabu, merapi dan
arjuna welirang karna waktu itu juga banyak yang libur dari pekerjaanya masing
– masing, tapi menurut saya terlalu mainstream ketika waktu liburan di isi
dengan kegiatan pendakian.
Entah berawal dari pembicaraan apa dan entah itu ide dari
siapa tiba – tiba ada yang mengajakku untuk bersepeda ke batavia, yaitu samsul
arifin yang biasa akrab di panggil pak samsul, adalah seorang guru yang
mengajar di smk islam pemalang, smk yang di tunjuk sebagai smk rujukan atau
percontohan dari smk yang ada di daerah pemalang. Pak samsul di kenal sebagai
guru yang baik, beliau juga sebagai pembina di PAKIS ( Pecinta alam smk islam
pemalang )sispala yang ada di smk islam pemalang. Beliau juga orang yang
bijaksana menurut teman – teman yang biasa kumpul bareng. Aku sempat menanyakan
siapa saja yang ikut,dan untuk sementara yang rencana ikut Cuma bertiga yaitu
aku pak sambsul dan satunya lagi boim. Aku biasanya manggil beliau om boim
karena secara umur dia lebih tua dari saya. Ya om boim seorang yang
keseharianya bekerja sebagai security atau satpam di salah satu instansi yang
ada di daerah pemalang.
Sebelum hari pemberangkatan yang sudah kita sepakati aku dan
pak samsul sibuk membawa sepeda ke bengkel untuk mengecek kondisinya apakah
masih layak untuk di naiki sampai ke batavia atau tidak dan mengganti onderdil
yang memang sudah harus di ganti karena sepeda yang akan di naiki pak samsul
adalah sepeda warisan dari almarum ayahnya. Sedangkan aku memakai sepedanya pak
samsul yang saat itu masih di titipkan di kakaknya.
Om boim pun sama seperti yang di lakukan saya dan pak samsul,
tapi karena mungkin sepedanya om boim biasa di naiki untuk jarak tempuh yang
panjang jadi tak perlu lagi mengganti onderdil hanya saja sedikit menambah
aksesoris seperti senter untuk penerangan untuk perjalanan malah.
Sesuai dengan yang kita sepakati sehari setelah hari natal
atau lebih tepatnya tanggal 26 desember 2014 kita start hari pertama , tentunya
juga sudah ijin kepada orang tua masing – masing. Kami start dari markas PR (
pemalang rescue ) Jam 07.00 wib kebetulan saat itu juga ada adenz seorang
relawan yang sangat sayang dengan binatang terutama pada binatang luwak ,
sampai terlalu sayangnya dengan luwak tidurpun sekamar berdua dengan luwak hehe
– kami pun meminta memotret.
Jumat 26 desember 2014 hari pertama kita akan mengayuh sepeda
lebih lama dari biasanya lebih panjang jarak yang akan di tempuh dan perlu mental
dan fisik yang tangguh. Kami start dari markas jam 07.00 tak lupa kami juga
mampir di sekolah smk islam pemalang menemui teman teman yang katanya mau
mengantar sampai di perbatasan pemalang tegal.
Kami bertiga di iringi teman teman yang bersedia merelakan
diri untuk sekedar menemani atau mengawal dari smk islam pemalang sampai di
perbatasan pemalang tegal. Dari pemalang sampai di perbatasan banyak yang
melihati kami seakan –akan melihat konvoi karena pada saat itu memang banyak
dari teman – teman yang mengawal kami.
Setelah sampai di perbatasan atau sering di sebut pelawagan
teman –teman berhenti dan melambaikan tangan dengan mesra seakan – akan di
berharap kami bertiga segera pergi jauh dan jangan pernah kembali hahaha,,
teman – teman lansung belok kiri kearah alun – alun pemalang sedangkan kami
lurus melanjutkan perjalan, sungguh mengharukan.
Saat itu masih jam 08.30 kami sempatkan untuk mencari warung
dan sarapan karena tadi pagi belum sempat sarapan. Kami sarapan di warung
ayahnya temennya pak samsul ketika SMA,tetapi saat itu orangnya tidak ada di
warung hanya saja ada ayahnya saja. Setelah sarapan selesai perjalanan di
lanjutkan kembali.
Setelah satu jam setengah akhirnya kita sampai di gapura
selamat datang kota tegal bahari, tenaga masih fit dengan ekpresi gembira kami
sejenak sempat kan diri untuk berpose hehe..
Perjalanan di lanjutkan kembali, jalan raya tegal menuju
daerah brebes terasa begitu terik dan panas, ku kayuh sepedaku agar cepat
sampai di brebes kemudian akhirnya sampai juga tak lupa kita juga mengitari
alun – alun breber setelah itu langsung mencari masjid di pinggiran jalan yang
menuju arah ke barat. Akhirnya ketemu juga masih untuk kita ber sholat jum’at
di masjid brebes.
Ku parkirkan sepedaku di depan toko samping masjid yang
kebetulan saat itu tutup. Aku dan pak samsul langsung ganti pakaian untuk
menuju masjid. Setelah selesai sholat jum’at pak samsul sempat tertidur
sebentar karena memang saat itu hawa di dalam masjid sangat adem dan nyaman dan
jadi bikin ngantuk.
13.00 wib perjalanan di lanjutkan kembali, dengan kondisi
awan yang sangat panas dan perjalanan masih sangat sangat panjang berharap
cuaca ini teduh agar tak terasa terlalu panas di kulit dan tubuh ini. Sinar
matahari mulai meredup langitpun mulai gelap butiran air berjatuhan dari langit
dan hujan, untungnya kami menemukan warung kopi di depan full atau PO DEDI JAYA
untuk sekedar meneduh dan sambil mengopi menunggu hujan reda.
Untuk menhilangkan rasa lelah sembari menunggu hujan reda
kami bercanda dan membahas perjalanan yang sudah di lewati dan yang akan di
lalui sambil ngopi – ngopi ngeteh dan uzdud.. kebetulan juga ada seseorang di
samping kami yang katanya pernah bersepeda dari cirebon sampai jakarta. Kami
ngobrol banyak dengan orang itu saling tukar pengalaman.
Hujan semakin deras saja sudah satu jam lebih kita menunggu
reda dari jam 14.00 -15.00 masih hujan saja, dah akhirnya jam 16.00 hujan mulai
reda dan kami pun meluncur dengan
pakaian tempur karna saat itu masih gerimis jam 16.30.
Ku kayuh sepedaku menelusuri aspal – aspal yang menempel di
tanah di iringi rintikan hujan yang membasahi muka ini, pak samsul di posisi
depan sebagai pengatur laju dari sepeda kami dan om boim di belakangku
mengimbangi . setelah satu jam kemudian akhirnya sampai juga di perbatasan jawa
tengah dan jawa barat yaitu brebes dan cirebon.
Kembali ku kayuh
sepeda dengan sisa – sisa tenaga yang ada untuk sampai di kota cirebon kota
yang rencananya untuk di jadikan peristirhatann malam pertama. Dari perbatasan
sampai ke kotanya sendiri masih jauh menurut informasi yang di dapat, jarak
tempuhnya kira – kira 35 km jadi sekitar 3 jam an jika di tempuh pakai sepeda.
Langit mulai gelap matahari yang tertutup mendung mulai
menghilang dan hari pun berganti malam. kami menyiapkan alat penerang atau
senter untuk menerangi jalann yang kita lewati dan sebagai tanda agar mobil
atau motor yang melaju dari belakang pun tahu. Hampir dua jam lebih sepeda ini
teruh di kayuh tapi tetap saja belum sampai kota cirebon akhirnya kita pun
istirahat sejenak sekedar minum dan menyalakan sebatang rokok. Sebatang rokok
telah terbakar habis, perjalan di lanjutkan kembali. Kali ini kita mencari
tempat untuk makan di sepanjang jalan, entahlah nanti jam 21.00 sudah sampai di kota apa belum yang
penting perut ini untuk segera di isi.
Seketika kami melihat masjid di samping jalan, kami pun
langsung memberhentikan laju sepeda kami. Sepertinya masjid itu nyaman untuk di
jadikan tempat istirahat karena gerbang tidak terkunci dan sepeda bisa di
masukan. Setelah sepakat nanti malam nginepp disini kemudian kami mencari makan
yaitu di angkringan yang tak jauh dari masjid.
Jam 20.45 setelah selesai makan kami kembali ke masjid dan
ritual untuk menyiapkan perjalanan hari esok yang tadi sudah kami rencanakan di
angkringan.
Sabtu, 27 desember 2014. Jam 04.00 wib kami bangun dan
merapikan peralatan yang berceceran di depan pintu / di teras masjid dan
memasak air untuk membuat teh dan kopi. Setelah kami selesai sholat kami pun
langsung merapikan peralatan dan packing – packing. Dan tak terasa sudah jam
05.35 kami pun langsung meluncur.
Seperti biasa pak samsul ( kakak pertama )di depanku dan om
boim ( kakak kedua )di belakangku, layaknya perjalan ke barat mencari kitab
suci hehe dan di suatu jalan pun sempat ketemu dengan siluman mimpi , maksut
saya ketemu dengan seorang bapak – bapak dengann sepeda MTB nya dengan atribut
lengkap medekati laju sepeda pak samsul dan berbincang bincang sembari
menunjukan jalur yang baiknya di lalui , padahal saat itu kami sudah
menargetkan waktu agar tak terbuang tapi tak apalah nambah kanca nambah sedulur
( kata – kata yang sering di uccapkan oleh teman kami di kasus yang bernama
missly ) tak lama kemudian setelah kami di ajak olehnya ke sebuah pelabuhan
yang ada di cirebon sepertinya beliau masih ingin berbagi cerita tentang
pengalamanya bersepeda. Katanya beliau pernah terjatuh saat bersepeda sampai
kakinya patah, tentunya itu sebagai pengalaman yang sangat berharga dan tak
terlupakan dalam hidupnya.
Setelah satu jam muter – muter di pelabuhan akhirnya kami pun
berpisah, dan kami lanjutkan perjalan kembali yang sempat terhambat.
Perjalanan ini masih sangat panjang untuk kami lalui, untuk
hari ini cuaca sungguh sangat bersahabat mungkin karna masih pagi jadi sinar
matahari tak terlalu terasa terik di kulit ini. Setelah jam 08.30 akhirnya
sampai juga di perbatasan cirebon indramayu dan kami sempatkan untuk istirahat
dan buang hajat kebetulan kami istirahat di kampus yang berdekatan dengan pom
bensin. Di Pondok pesantren darul ma’arif indramayu atau yang biasa di sebut
kampus hijau. Ku minum air yang masih tersisa di botol dan kua ambil rokok
untuk sejenak melupakan rasa lapar karena belum sempat sarapan dari tadi pagi.
Para mahasiswa masuk kampus hijau sampil menatap aneh mungkin
di benaknya terselip tanya “ orang – orang aneh “ hehee..
Dari kampus hijau kami meluncur mencari makan pas kebetulan
ada warteg dan penjualnya asli orang tegal juga, kami pun ngombrol tanpa rasa
malu dengan bahasa daerah masing – masing sambil menanyakan arah ke jakarta
yang melalui jalan alternatif.
Masakannya begitu sangat nikmat entah karena kami terlalu
lapar atau memang masakanya yang benar – benar enak, tak usah di pikir yang
penting makan untuk menambah kalori dalam tubuh.
Jam 10.00 kami lanjutkan perjalan kembali setelah tadi perut
sudah di isi. Seperti makan kacang dewa yang di berikan son goku, tenaga ini
bertambah dan jarak pandang pun terlihat jelas tak tertutup kabut ( emangnya di
puncak hehe).
Jalan yang kami lalui yaitu jalan alternatif jalan yang
menurut saran penjual nasi lebih cepat karena menurtnya sepi dan tidak banyak
bis yang lewat jalan ini serta jalannya halus. Memang benar adanya, jalan yang
kami lalui atau tepatnya jalan yang di namai juntinyuat daerah karang ampel
idramayu itu memang lebar,halus, dan tak terlalu rame serta aman karena tidak
banyak di lalui bis – bis umum atau kendaraan besar dan di samping kanan kiri
pun banyak terdapat pohon yang gede dan rindang serta sawah – sawah yang
terbentang lebar. Ku kayuh sepeda dengan riang gembira menikmati laju sepeda
yang di terpa sejuknya angin saat itu.
Entah kenapa suasana hati ini berubah mungkin karena aku
teringat tentang dia yang ada di sana yang sempat menggoreskan luka kikikikikik
:D atau kah karena jalan ini terasa tak berujung, sudahlah kayuh saja sepeda
ini semampunya. Terpaan angin semakin kencang dan menahan laju sepeda kami.
Angin berhembus sangat kencang berlawana arah laju sepeda kami dan ku lihat
sepanjang jalur ini tepat di samping pantai kira –kira 200m dari tepi patai dan
di sampingnya hanya sawah yang membentang sedangkan pemukiman warga jauh dari
jalan ini. Kami sempatkan untuk bertanya ke seseorang yang sedang memotong
rumput di taman persimpangan untuk memastkan bahwa jalan yang kami lalui benar
atau salah, ternyata jalan yang kami lalui benar hanya saja untuk jaraknya
memang panjang.
Kami kayuh lagi sepeda dengan sisa – sisa tenaga yang ada
melawan kencangnya hembusan angin yang melawan laju sepeda kami. Seakan sepeda
ini tak mau di kayuh. Pak samsul saat itu mulai frustasi hingga sepedanya terpaksa
di dorong tanpa di kayuh, om boim melakukan hal yang sama dan akhirnya akupun
juga melakukan hal yang sama.
Di sepanjang jalan ini tak ada mushola atau pun masjid waupun
ada tetapi letaknya jauh di pemukiman warga jadi jika kita mau menuju kesana
harus muter jauh kedalam. Akhirnya apa yang kita rencanakan untuk istirahat
saat waktu dhuhur terlewatkan. Air dalam botol minuman pun sudah habis, tenaga
mulai menurun. Mushola yang terlihat dekat pun ternyata hanya doni fatamorgana
akhirnya kami pun tepar... hehe
Setelah istirahat kira – kira 15 menit perjalanan pun di
lanjutkan kembali.sungguh terasa sangat panjang sekali seperti tak berujung, kelak
jalan ini akan ada seseorang membangun rumah dan menai tempat tersebut dengan
nama desa potol haha..
Setelah beberapa jam kemudian akhirnya nemu mushola juga,
sunggung sangat senang sekali ada mushola yang nyaman airnya pun melimpah kami
langsung memarkirkan sepedaku dan mengeluarkan peralatan untuk sekedar ngopi –
ngopi dan membuka snack yang masih tersisa. Seperti biasa aku yang bertugas
membawa peralatan dan om boim sebagai koki pemasak air hehe dan pak samsul sebagai
tukang icip icipnya... setelah air sudah matang om boim menyedul kopi dan teh
pak samsul pun mulai mencicipinya “ hembbbb makk’nyuuuullll” katanya, ternyata
air yang kami masak masih terasa asin karena memang letak mushola masih
bedekatan dengan daerah pantai tapi apalah daya warung di daerah sini tidak ada
akhirnya di nikmatin aja.
Kami istirahat disini cukup lumayan lama, sampai sekitar jam
14.40 kemudian kami lanjutkan perjalanan kembali. Sudah setengah hari waktu
yang kami tempuh dari daerah cirebon tapi masih saja di daerah indramayu saya
rasa di daerah inilah yang jalurnya sangat panjang.
Saat itu hujan rintik – rintik seperti biasa kami memakai jas
hujan persiapan barang kali hujan semakin membesar, ternyata benar dugaan kami
hujan semakin besar tapi tetap ku kayuh sepeda ini yang penting jas hujan sudah
terpakai jadi sedikit lebih aman. Hampir satu jam setengah kami di guyur hujan
di sepanjang jalan akhirnya setelah sekian abad di jalur alternatif akhirnya
tembus juga di jalan pantura dan karna hujan masih belum reda kami pun
istirahat di pom bensin yang kebetulan
juga ada yang jualan di situ dan akhirnya kami pun makan mie rebus, Jadi
teringat saat mendaki gunung.
Dan setelah jam 16.45 kami pun meluncur lagi, hujan sudah
mulai reda hanya saja banyak kendaraan kendaraan besar yang menyalip kendaraan
di depannya dan menyalipnya dari arah kiri yang membuat laju sepedaku harus
turun dari aspal.
Setelah jam 18.00 kami pun beristirahat lagi di depan
alfamart untuk sekedar membeli minuman roti dan tembakau dan masih saja berada
di daerah indramayu. Indramanyuuun jalanmu sangat panjang penuh dengan lika
liku dan menampilkan pemandangan pemandangan yang berbeda – beda , tadi siang
ketika kita lewat di daerah karang ampel atau desa potol di suguhi dengan
pemandangan tepi pantai dan sekarang siang mulai berganti malam setelah membeli
minum dan perjalana di lanjutkan kembali, kami melewati jalan raya yang di
samping kanan kiri jalan terdapat pemakaman umum. Mungkin kurang lebih 1 km
pemakaman yang ter dapat di samping kanan kiri jalan ini. Setelah melawati
pemakaman kami melewati daerah lokalisasi, di sepanjang jalan terdapat gubuk
gubuk napsu yang banyak di datangi oleh hidung hidung pesek maksud saya belang.
Entah kenapa seorang laki – laki yang suka memuaskan napsunya di tempat –
tempat lokalisasi di sebut hidung belang. Terlihat wanita wanita yang bermake
up tebal dengan busana ala manusia purba yang sedang menanti seseorang yang
ingin menikmati tubuhnya.
Setelah beberapa jam kemudian ketemulah sebuah masjid di kanan
jalan raya yaitu masjid jami al ijtiha sukahaji patrol INDRAMAYU ya masih di
daerah indramayu. Saat itu kami tiba di masjid jam 21.00 wib jadi suasana
masjid sudah sepi hanya beberapa orang saja yaitu penjaga masjid itu sendiri
dan seorang bapak – bapak yang menghampiri kami yang katanya juga habis dari
perjalana jauh sehingga harus bermalam di sini karena uang nya lagi minin untuk
bisa menyewa hotel atau semacamnya.
Kali ini tidur terasa lebih nyaman karena suasana masjid
lumayan tenang dan untuk sepeda pun aman karena masjidnya ada gerbang dan di
samping gerbang ada warga yang sengaja menjaga masjjid tersebut.
Minggu 28 desembaer 2014, jam 04.00 kami pun bangun untuk
merapikan sekitar area yang kami gunakan untuk bertidur agar tak terlihat
terlalu berantakan dengan barang yang kami bawa. Suara adzan subuh berkumandang
saatnya untuk sholat subuh berjamaah, setelah sholat subuh seperti biasa om
boim menyiapkan air panas untuk sekedar membuat kopi maupun teh. Setelah semua
barang di packing dan siap untuk meluncur kembali melanjutkan perjuangan jam
05.30.
Dengan semangat baru ku kayuh sepeda untuk tetap melaju, dan
setelah satu jam kemudian sampailah kami di perbatasan subang. Tak perduli ku
kayuh terus sepeda ini sampai akhirnya perut kami yang mengingatkan bahwa tadi
pagi belum sarapan dan jam 08.50 kami pun sarapan di daerah pamanukan. Bagaikan
air di gurun pasir, kami makan di warung makan yang terdapat di kanan jalan
raya pamanukan, warung yang terdapat pohon rindang di sampingnya dan terbentang
hamparan padi yang luas di belakngnya dengan pelayanan yang ramah oleh anak
pemilik warung tersebut membuat suasana ini terasa lebih nyaman dan damai. Pak
samsul pun mulai melahap nasi yang telah di hidangkan dan om boim sesekali
melirih pelayan tersebut entah apa yang ada di benak om boim. Disini kami
istirahat cukup lama sekitar hampir satu jam sampai – sampai pak samsul pun
sempat terlelap.
Perjalanan di lanjutkan kembali, ku kayuh sepeda dengan
semangat dan selalu berhati – hati karena banyak kendaraan besar yang memakai
jalur ini. Sepanjang jalur ini sering terjadi keccelakaan hal ini di perjelas
dengan banyank nya tulisan – tulisan yang isinya peringatan kepada semua
pemakai jalan ini. Terlihat kerumunan orang di pinggiir jala raya dari kejauhan
saya kira ada pedagang atau para petani tapi setelah kami jarak kami mulai
dekat ternyata telah terjadi kecelakaan antara mobil dan sepeda motor, saat
kami melintas terlihat seseorang tergeletak bersimpah darah, tanpa bisa berbuat
banyak dan kamipun berlalu begitu saja. Setelah jam 11.00 sampailah kami di
daerah kerawang, jalan yang panas dan di penuhi dengan banyak kendaraan,
jalanan mulai menanjak dan padatnya kendaraan membuat jalan macet. Hal in
terkadang memisakan laju sepedaku denga yang lain aku selalu melihat kemana
arah laju sepeda pak samsul, sesekali aku menengok ke belakang memastikan jarak
dengan om boim yang di belakang terkadang terliahat terkadang juga tidak, jok
sepeda ku yang terlalu tinggi terkadang menyulitkan saya ketika harus berhenti
secara mendadak hal ini pun sama seperti yang di alami paka samsul sedangkan om
boim sepeda lowrider yang di gunakan stank yang di gunakan terlalu lebar
sehngga terkadang susah untuk menerobos di sela – sela antara mobil – mobil
yang terjebak macet . hingga ketika aku dan pak samsul melewati persimpangan
yang mengarah ke bekasi sedangankan om boim tak terlihat, kami tunggu di
samping jalan dengan perasaaan harap – harap cemas karena sudah 5 menit lebih
masih saja belum terlihat dan akhirnya muncul juga bagai zorro yang menunggangi
kambing hehe ternyata benar dia salah jalur untung saya dia sadar kalo nyasar
coba kalo tidak, tak usah di bayangkan.
Kembali ku kayuh sepeda sembali melihat kanan kiri jalan
mencari apakah ada mushola ataupun masjid untuk sekedar meluruskan kaki sepanjang
jalan yang kami lalui tak ada masjid ataupun musholah yang ada di pinggir jalan
karena sudah di penuhi dengan bangunan bangunan yang menjual beraneka macam
barang. Jam 12.00 kami memasuki daerah cikampek dan akhirnya kami menemukan
mushola kecil yang agak menjorok ke dalam mushola itu tepat didepan toko yang
ada di seberang jalan. Saat itu saya langsung menuju mushola dan dari kejauhan
terlihat seorang gadis canting yang sedang menunggu pacarnya yang sedang
menunaikan sholat dhuzur, ralat, maksud saya bukan pacar tapi anggap saja tukang
ojeg hehe.. kami langsung memarkirkan sepeda di samping mushola, pak samsul
langsung berbaring sedangkan aku mengeluarkan peralatan tempur untuk membuat
kopi atau pun teh dan om boim sebagai cheff. Setelah sholat sembari duduk
santai menikmati kopi yang masih hangat kami becanda seadanya sejenak melupakan
rasa lelah yang hinggap di tubuh ini. Setelah istirahat kami rasa cukup,
perjalanan pun di lanjutkan kembali. Kami mengambil arah ke bekasi karena saat
itu kami sengaja mau mampir ke tempat bulekku yang tinggal di daerah pengasinan
bekasi.
Jalan yang kami tempuh yaitu jalan lingkar yang amat panjang
dan terdapat tanjakan – tanjakan jembatan yang tinggi sampai sesekali harus
turun dan mendoronganya. Dan beberapa kali pun kami istirahat di atas jembatan
itu untuk sekedar melihat pemandangan yang ada di sekitar daerah tersebut
sambil mengatur nafas yang mulai tersendat sendat.
Persediaan air saat itu sudah mulai habis , kami usahakan
minum air secukupnya saja agar cukup untuk sampai di daerah pemukiman warga.
Dan akhirnya sekitar jam 15.45 kami berhenti di sebuah warung yang menjual es
kelapa muda ya minuman kesukaan saya hehe..
Perjalanan di lanjutkan kembali dan masih saja kami menemui
jembatan – jembatan yang menanjak tinggi hingga kami bosan.
Setelah memasuki daerah bekasi kami di pusingkan dengan
keadaan yang ada jalan yang tertutup aspal dan di penuhi dengan serangga –
serangga bermesin buatan luar negeri dengan suaran yang terdengar sangat bising
di telinga. Ah sudah lah kami kayuh saja sepeda ini agar cepat sampai di
bulekku.
Setelah sempat nyasar di daerah pengasinan akhirnya pun
sampai di tempat bulekku pukul 21.15 wib. Setelah mandi –mandi dan menyatap
makanan yang di hidangkan akhirnya kami pun tidur dengan nyaman.
Senin , 29 desember 2014 pukul 07.00 kami bergegas dan
kembali ku kayuh sepeda ini menuju ibu kota jakarta. Tak lupa pamit terlebih dahulu dan kami
sempatkan memotret dede kecil yaitu cucu dari bulekku.
Dari bekasi ke HI kami lewat jalan kali malang, pemandangan
sepanjang jalan yang ada hanya gedung gedung yang menjulang tinggi dan serangga
serangga bermesin . tanah – tanah yang tetutup dengan aspal yang menghambat air
meresap ke tanah. Ini baru tahun 2014 apa yang akan terjadi 10 tahun kemudian.
Singkat cerita akhirnya kami sampai di HI jam 10.30 wib.
Foto di atas jembatan salemba,
sejenak teringat beberapa tahun yang lalu
HI 29 desember 2014
Jembatan penyebrangan
Menunggu kurir / pengantar surat dari
smk islam pemalang ke bpk.Anis baswedan di KEMENDIKBUD
MONAS 14.00 Wib